Sistem Upah Semesta

Pendapatan, laba, Upah, gaji, dan komisi diakui atau tidak merupakan penggerak dan motivasi utama siapapun yang bergerak dalam dunia kerja dan dunia usaha. Seorang salesman bekerja mencari pelanggan dari pagi hingga malam hari, karena di depannya ada wortel merah yang bernama komisi.
Capek bekerja sirna ketika komisi datang, bagaikan hujan menghalau panas setahun. Tidak hanya salesman, pekerjapun juga demikian, kita bisa melihat suasana dan atmosfir yang begitu indah di setiap kantor, dihiasi wajah sumringah dan suasana penuh gelak tawa, tingkat pertikaian menurun, di tanggal-tanggal muda. Pada hakekatnya, uang yang diterima seorang pekerja / salesman adalah inner energy yang membuat sebuah sistem bergerak.

Hal di atas adalah hal yang lumrah, tetapi untuk menjadi seorang salesman yang hebat, kita harus bergerak melampaui kelumrahan. Untuk menjadi hebat, kita perlu merenungkan kembali arti dari pendapatan yang sudah kita terima. Pertama adalah bahwa kita menerima pendapatan / gaji / komisi dalam sebuah sistem yang sudah diatur, kita bergerak dalam sistem tersebut, dan dengan sistem tersebut, muncullah upah. Kedua adalah bahwa kita menerima upah dari hasil kerja kita dalam rangka menciptakan keuntungan perusahaan, dan keuntungan perusahaan tersebut sebagian akan menjadi milik kita sesuai dengan sistem upah yang sudah ditentukan. Itu adalah sistem yang umum ada dalam perusahaan. Tetapi sebagai salesman yang telah memiliki dan memahami prinsip kelimpahan, kita tidak bisa serta merta hanya bergerak dan termotivasi bekerja karena sistem perusahaan tersebut. Salesman yang memiliki prinsip kelimpahan harus bergerak "beyond the wages" dari sistem upah perusahaan menuju "sistem upah semesta" yang akan mengubah paradigma dan kinerja seorang salesman. Kita sedang berusaha menjadi salesman-salesman yang tercerahkan.

Beberapa tahun yang lampau, saya pernah bergabung di sebuah perusahaan asuransi milik asing, di sana saya memiliki seorang supervisor yang mempunyai cerita favorit dan berulang-ulang diceritakan sehingga saya tidak pernah lupa, dan cerita ini memang menjadi gaya bekerja dari supervisor saya tersebut. berikut ini adalah ringkasan ceritanya :

Tersebutlah seorang salesman asuransi bernama A yang baru bergabung dalam sebuah perusahaan asuransi dengan 10 teman barunya. Setelah mengikuti training sekita 30 hari, maka mulaiah mereka bekerja berdasarkan teknik dan strategi yang diajarkan selama masa training. Basic action adalah temui pelanggan sedikitnya 20 orang per hari, lakukan cold call sedikitnya 50 orang per hari. Peningkatan product knowledge dinilai per minggu dan role playing untuk handling objection sedikitnya 30 menit sehari.

Nah 11 orang baru ini, merupakan kelompok yang hebat, karena mereka melakukan prosedur yang ditetapkan dengan sangat tepat dan disiplin luar biasa. Ketika menginjak bulan ke tiga, 10 salesman telah berhasil melakukan penjualan yang cukup bagus, kecuali si A ini. Aneh, padahal semangat sama, sistem kerja juga sama, prosedur yang dilakukan juga sama. Hingga bulan ke enam, sementara 10 temannya telah silih berganti mengisi papan atas penghasilan salesman, si A masih nol besar. Manajernya jadi bingung, dan  melakukan pendampingan, masih saja belum berhasil. Padahal si A sudah menambah jumlah kunjungan, follow up dan cold call. Pada bulan ke delapan, si A mulai stress. Semangat dan antusiasnya mulai menurun. Di tengah-tengah stressnya, si A yang hampir menyerah memutuskan untuk berlibur ke Lombok dengan uang tabungan terakhirnya. Si A berusaha melupakan semuanya dan hanya berkonsentrasi untuk berlibur. 

Pada hari ke tiga di Lombok, si A sedang duduk menikmati pemandangan laut di tepi pantai, di sebelahnya ada seorang Bapak yang juga sedang duduk bersantai. Singkat cerita, terjadi perbincangan mengenai bisnis, dan akhirnya menuju pada perbincangan mengenai asuransi. Si A hanya bercerita tentang pekerjaannya, kemudian bercerita tentang sebuah produk asuransi yang dipunyainya (karena ditanya).....saat itu tiba-tiba keajaiban terjadi, tak disangka, Bapak teman bicara si A memutuskan untuk membeli produk asuransi yang diceritakannya dengan total jumlah yang besarnya jauh melebihi hasil teman-temannya selama 8 bulan. Amazing !

Ketika saya mendengar cerita ini, saya cuma komentar, "waduh Pak, kalo itu namanya hoki nomplok". Tetapi supervisor saya ini mengemukkakan inti ceritanya : "Eh...kamu tahu ga siapa sebenarnya yang kasih kita komisi ? Perusahaan atau siapa ?  Dengan cerita ini saya mau kamu ngerti bahwa setiap pekerjaan yang kita lakukan selalu ada nilainya kalau dikerjakan dengan sungguh-sungguh, kamu liat si A, 8 bulan dia kerja keras, dengan sistem dan cara yang benar, semua dia lakukan, bahkan sudah di atas standar, kalau sekarang di ke Lombok terus dapat hasil melampaui hasil kerja teman-temannya yang 8 bulan , kamu bisa hitung berapa penghasilan dia selama 8 bulan ini ? Saya sangat percaya bahwa sistem alam dan Tuhanlah yang kasih kita gaji. Tugasmu hanya bekerja dan melakukan dengan sebaik-baiknya dan hasil pasti datang. Ayo, besok prospek lebih banyak ya !" Sayangnya saya tidak melanjutkan pekerjaan itu karena saya memilih untuk bikin LBB ....:)

Hari ini ketika saya mengingat lagi dialog tersebut, saya mendapat semangat tambahan, ada sebuah sistem upah semesta yang sulit dijelaskan tetapi itu nyata. Setiap pekerjaan apapun yang kita lakukan dengan tulus dan dari hati, kita larut di dalamnya dan menikmati setiap proses, suatu saat nanti akan menghasilkan hal yang  memuaskan. Jadi bagi para salesman yang membaca artikel ini, saya ulangi kata-kata mantan supervisor saya tersebut : "Ayo, besok prospek lebih banyak ya !
Go Beyond The Wages.

Salam, Sale is my right




Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sistem Upah Semesta"

Posting Komentar

Select options on the left to generate your code...