Apa yang sebenarnya dialami oleh salesman di lapangan ?


Ketika seorang calon salesman memasuki ruang kelas training, yang pertama dia dapatkan adalah sejumlah teori mulai dari yang praktis sampai yang rumit. Sedangkan di kelas motivasi, seorang calon salesman akan dibakar habis-habisa dengan sejuta dosis adrenalin dan dopamin yang membanjiri tubuh dan otak. Di kelas penghitungan komisi, dopamin di otak akan mengalir lebih deras, mendorong setiap sel tubuh untuk segera bergerak ke lapangan dan menemukan prospek seperti singa lapar.


Beribu cerita sukses penjualan dan berbagai macam figur pemasar legendaris membuat dunia pemasaran dan penjualan begitu cetar membahana untuk dijalani. Tetapi setelah beberapa waktu sebagian besar para pemasar akan menemui masa-masa dilusi. Kekosongan dan kehampaan batin. Dan membuatnya berpikir untuk segera beralih ke profesi lain yang dirasanya saat itu begitu hijau seperti rumput tetangga.

Apa yang menyebabkan hal ini ? Mengapa seseorang  menjadi begitu sulit untuk bertahan dan terus maju ? Setelah mengamati diri saya sendiri, saya mengambil sebuah kesimpulan yang belum bisa dianggap signifikan tapi menurut saya saat ini ada kebenarannya. Yaitu ribuan "Big No" yang terus dihadapi seorang salesman pada aktifitas penjualannya.

Sebuah training atau kelas motivasi bisa memberikan begitu banyak harapan. Salah satunya adalah konsep NLP (Neuro Language Programming) yang diterapkan. NLP memang bisa membantu untuk membentuk mindset sukses, tetapi mungkin karena keterbatasan waktu, satu hal yang penting yaitu bagaimana NLP bisa dijadikan sebuah basis pertahanan bahkan merubah sebuah situasi yang menekan, jarang bisa ditangkap dengan baik oleh seorang peserta training dan saya tidak mengatakan bahwa hal ini tidak diajarkan.

Everything is possible adalah jargon yang mantab, tetapi yang lebih mantab adalah bagaimana seharusnya jargon ini tetap bisa memberikan adrenalin yang cukup di saat-saat semua seakan impossible.

Ketika seorang salesman mengalami "Big No" berulang-ulang maka sering kali dia akan merasa kecewa, meragukan diri sendiri, mengkritik diri sendiri, dan menuduh diri sendiri. Yang diperlukan pada saat ini adalah munculnya sebuah program di otak untuk memanajemeni situasi ini dari situasi yang menghancurkan menjadi situasi yang konstruktif.

Satu hal yang perlu dipelajari adalah bagaimana memandang sebuah "Big No" dari konsumen adalah sebuah kewajaran dalam dunia penjualan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa jika ada sekian "Yes" dalam penjualan seorang salesman, maka tentunya dan pasti telah ada sekian banyak "No" yang telah dilalui. Jadi semakin banyak "No" logikanya akan menghasilkan semakin banyak "Yes".

Seorang salesman akan mature (dewasa) ketika dia menggunakan energi dari "No" untuk membangun kualitas dirinya. Di sini tugas seorang mentor yang hebat menjadi penting, ketika seorang salesman terkungkung dalam dunia kegagalannya, ada seorang yang bisa melihat dari luar untuk menunjukkan apa yang bisa dibangun dari situasi tersebut. Dan alangkah beruntungnya jika seseorang bisa melatih dirinya untuk bisa melihat dirinya dari luar, dan mampu memandang sudut setiap gambar masalah dengan sangat jelas.

Jadi sebagai sesama orang yang bergerak di dunia penjualan mari kita melatih diri untuk "Say yes to no" dengan tujuan menciptakan lebih banyak "Yes" dalam penjualan.

Yuk, jualan lagi !

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Apa yang sebenarnya dialami oleh salesman di lapangan ?"

Posting Komentar

Select options on the left to generate your code...